Sep 3, 2008

FENG SHUI : harmonis dengan alam

Fengshui dan Rasionalitas
Ada yang berpendapat bahwa sesuatu dianggap “normal” jika dapat dipahami dengan intelegensi manusia. Masuk akal, make sense. Orang melihat dan merasakan hujan dan kita semua dapat menjelaskan dengan gamblang bagaimana proses alam itu terjadi. Berbeda dengan itu, paranormal, dianggap sebagai sesuatu yang “diluar” normal. Apa itu - adalah hal- hal yang tidak dimengerti oleh akal manusia. Karena diluar kemampuan pemikiran manusia, maka manusia mulai berkhayal untuk mencari solusi terhadap masalah yang tak dapat dimengerti itu. Inikah paranormal? Bagaimana jika gejala-gejala alam lain yang sulit dimengerti oleh orang normal ternyata dapat dimengerti oleh mereka yang disebut paranormal? Adilkah jika kemudian dicap sebagai pengkhayal?
Ada yang berpendapat bahwa perbedaan kemampuan dalam melihat phenomena alam disebabkan karena paranormal mengembangkan cara berpikir yang berbeda dari orang normal. Mereka lebih menggunakan otak kanan yang memiliki kemampuan intuitif, pattern thinking dan mampu melihat masalah secara holistik. Berbeda dengan itu manusia normal lebih menggunakan otak kiri yaitu berpikir rasional.
Sepertinya sederhana, namun perbedaannya besar sekali. Mari kita adakan eksperimen kecil dengan melihat susunan huruf berikut : IAPDLUUBMUNINMUGIIT. Berapa dari kita yang dalam waktu tiga detik mampu mengerti dan dapat mengingat susunan huruf tersebut secara tepat dan cepat? Jika kita tidak dapat menjelaskan arti huruf-huruf tersebut berarti kita manusia normal. Namun dalam beberapa detik saya akan membuat kita seketika menjadi “paranormal”. Mari kita mencari pola dari susunan yang kacau tersebut. misalnya menjadi ALUMNI UI ITB UGM UNDIP. Berapa detik yang kita butuhkan untuk mengerti dan mengingat susunan huruf tersebut?
Dengan kekuatan otak kanan, pelaut tradisional menyusun prakiraan cuaca berdasarkan pengamatan atas pola pergerakan awan, angin, temperatur, dll. Cara yang hampir sama dilakukan oleh para ahli Fengshui. Mereka melihat bahwa keberuntungan bersifat random, tidak akan dapat dimengerti oleh otak kiri - sama seperti ketika kita tidak mengerti arti susunan huruf yang acak. Namun dengan otak kanan yang terlatih mereka mampu menarik benang merah. Ternyata keberuntungan dan ketidakberuntungan ada polanya. Ketika pola menjadi jelas maka solusi masalah menjadi lebih mudah. Dibuatlah aturan-aturan atau formula yang dapat menjadi pemicu keberhasilan perjuangan manusia dalam hidup.
Nah.. metafor tadi dapat dijadikan sebuah awalan yang mau mengajak kita untuk memasuki alam serta paradigma berpikir Feng Shui dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana keruwetan, ketidak-teraraturan, ketidak-harmonisan menjadi pemikiran besar dalam feng shui itu sendiri dalam kerangka upaya serta usaha praktis menyeleraskannya agar tercipta sebuah harmoni yang berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Di sini, alur serta ranah pemahaman logika dalam Feng Shui haruslah dijadikan sebagai sebuah patokan awal dalam memahami Feng Shui secara keseluruhan, yang memang akan sangat berbeda dengan ranah pemahaman logika Barat dengan logika dikotomi atau pemisah-pisahannya itu.


Sejarah dan latar belakang: hidup selaras dengan Alam
Feng Shui telah dipraktekkan di Cina sekurang-kurangnya sejak Dinasti Tang. Ahli seni yang paling kuno adalah Yan Yung Sang, yang secara umum diakui sebagai penemu Feng Shui. Master Yang meninggalkan warisan klasik yang terus menerus dipelajari sampai sekarang. Ia adalah penasehat utama Istana Kaisar Hi Tsang (888SM); bukunya tentang Feng Shui menjadi naskah utama yang selama beberapa generasi menjadi dasar seni ini.
Master Yang memberi tekanan pada bentuk gunung, arah aliran air dan yang paling penting, penentuan lokasi dan pemahaman pengaruh Naga, makhluk langit yang paling dipuja oleh orang Cina. Ajaranya dituangkan dalam tida karya klasik yang terkenal yang menggambarkan praktik Feng Shui sehubungan dengan metafor naga, dan ternyata dari tida karya ini kita dapat semakin memahami kerangka berpikir orang Cina did alam kehidupan praktis mereka sehari-harinya.
Karya yang pertama adalah “Han Lung Ching” yang berisi “Seni Membangkitkan Naga”, yang kedua adalah “Ching Nang Ao Chih”, yang berisi metode menentukan letak gua Naga, sedangkan yang ketiga adalah “I Lung Ching” yang diterjemahkan sebagai “Prinsip Mendekati Naga”. Buku ini menyajikan metode dan teknik bagaimana menemukan Naga di tempat yang Naganya tidak nampak.
Nah, dari ketiga dasar karya klasik inilah maka tampak secara jelas akan latar belakang pemahaman serta logika berpikir dalam Feng Shui sendiri, yaitu keselarasan, keharmonisan dengan alam sendiri yang memang lebih banyak dituangkan dan direpresentasikan di dalam bentuk fisis bangunan maupun struktur-struktur penunjang lainnya. Lihat tiga karya klasik tadi; “Membangkitkan Naga” itu memiliki pemahaman bahwa Feng Shui mau mencoba menemukan dan membangkitkan potensi-potensi positif dalam diri manusia yang selama ini “tertidur” oleh karena tidak ditunjang oleh keadaan maupun lingkungan sekitar hidupnya yang bisa dikatakan “ruwet” dan tidak harmonis sehingga potensi-potensi positif itu hanyalah diam saja. Bdk. Dengan cerita Talenta dalam Kitab Suci, sebagaimana hamba yang menguburkan talenta potensinya ke dalam tanah sehingga tidak berguna, maka Feng Shui mencoba untuk membongkar tanah tadi dan mengeluarkan potensi itu sehingga dapat semakin berkembang dan berguna secara praktis bagi kehidupan manusia itu sendiri.
“Menentukan letak gua Naga” yang dimaksudkan adalah melakukan pelbagai perbaikan-perbaikan nyata pada segi-segi tertentu dimana potensi-potensi itu dapat menghampiri kita. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk upaya penyelarasan dan pengharmonisan pada segi-segi yang dianggap menutupi “gua Naga” sehingga sang Naga tidak dapat keluar. Upaya ini juga harus dilihat dalam ranah pemahaman praktis yaitu dengan meletakkkan benda-benda yang dapat menetralkannya atau melakukan upaya-upaya pengharmonisan lain. Dan, demikian juga dengan karya ketiga, menemukan Naga di tempat yang Naganya tidak nampak pun menjadi sebuah upaya nyata akan pola pemahaman serta cara berpikir Cina tersebut akan dimana ia tinggal, apa yang ada di dalam lingkungan alam tempat tinggalnya dan kira-kira potensi-potensi positif apa yang bisa diupayakan di sana.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kabut mistik mengelilingi praktik Feng Shui. Di sini, kita mulai menembus daerah yang gelap dari simbol, kepercayaan dan astrologi Cina; yang meliputi seluruh spektrum ketertarikan orang Cina terhadap hubungan antara manusia dan Alam Semesta; suatu praktik yang menekankan kebutuhan mendesak akan keseimbangan dan keselarasan.
Feng Shui adalah seni hidup dalam keharmonisan dengan alam, sehingga seorang mendapatkan paling banyak keuntungan, ketenangan dan kemakmuran dari keseimbangan yang sempurna dengan Alam.
Feng Shui tidak dapat dipandang secara sempit,baik sebagai ilmu pengetahuan dengan rumus “magis” maupun sebagai seni yang secara menyeluruh berdasarkan naluri. Feng Shui adalah gabungan yang fleksibel dari unsur-unsur alam, dan untuk mempraktekkannya secara efektif, digunakan dasar konsep yang berasal dari pedoman klasik kuno yang sesuai dengan pemikiran intuisi manusia dan pertimbangan pribadinya.
Untuk lebih menyempurnakan praktek ini, ada juga unsur kepercayaan takhyul yang melekat pada seluruh prinsip Feng Shui (dalam pemikiran logika Barat, meski di dalam paradigma berpikir Cina, semua hal ini adalah sangat-sangat logis). Hal ini tidak dapat diabaikan atau dilupakan.
Untuk memahami Feng Shui, dibutuhkan pengetahuan mengenai prinsip filsafat yang membentuk dasar kepercayaan Cina dan budaya Cina. Hal ini termasuk teori keseimbangan dan keselarasan, Yin dan Yang, I Ching dan Pa-Kua; lima unsur alam, dan mungkin yang paling penting juga adalah memahami Ch’i, nafas kosmis yang penting dari Naga Langit.

Prinsip Harmoni
Satu hal lagi yang perlu diingatkan di dalam Feng Shui adalah prinsip harmoni yang juga merupakan salah satu bagian penting di dalam ranah berpikir Cina. Harmoni di dalam filsafat Cina Kuno lebih dipahami sebagai produksi dari segala sesuatu, dimana harmoni ini dibedakan dari identitas. Sangat menarik bila kita memahami dari yang dikatakan oleh Fung Yu Lan bahwa “ when the one equalize the other there comes what is called harmony, so that then there can be a iuxurius growth in which new things are produced. But, if identitiy is added identity, all that is new is finished”
Kata equalize ini tidak dapat dipungkiri bahwa kata ini di dalamnya mengandung makna keserasian, keseimbangan, keterpaduan dan sekaligus juga di dalmnya adalah ada pembedaan dan perbedaan diantara unsur-unsur yang membentuk harmoni itu sendiri. Dengan kata lain, prinsip harmoni ini menunjukkan sesuatu yang baru yang muncul dari unsur-unsur harmoni itu sendiri.
Di dalam Feng Shui, hal ini dapat ditunjukkan secara nyata khususnya berkaitan dengan penggunaan serta pemakaian pemahaman lima unsur alam, yaitu; kayu, api, logam, tanah dan air. Termasuk nanti juga adalah unsur-unsur lainnya seperti waktu, tahun, tanggal lahir yang pada kesempatan ini tidak dipaparkan. Kelima unsur alam tadi dapat diasosiasikan dengan warna, musim, arah mata angin dan planet. Sebagai contoh:
• API berwarna merah, suatu warna yang menguntungkan yang juga berarti musim panas dan Selatan.
• AIR diwakili oleh warna hitam yang beratri Utara dan musim dingin
• KAYU adalah Timur, diwakili oleh warna hijau
• LOGAM berwarna putih atau kadang keemasan, melambangkan Barat
• TANAH adalah kuning yang merupakan pusat

Semua pemaparan tadi merupakan bagian dari unsur-unsur alam yang nantinya ketika dipadukan akan mempunyai suatu daya tersendiri yang mengarahkan pada terjadinya suatu keharmonisan. Dalam pemahaman Feng Shui terdapat siklus-siklus dari elemen-elemen ini yang harus diperhatikan, yaitu siklus produktif dan siklus destruktif.

Pemahaman ini mau menunjukkan pola pikir Cina Kuno akan alam dan keharmonisan bahwa seperti yang telah kita ketahui, alam memiliki lima jenis energi yang direprentasikan dengan lambang fire, earth, metal, water dan wood. Jika umumnya lima elemen dipikirkan sebagai sebuah mekanisme dan sistem energi, dapat dipahami dengan melihat lima elemen ini sebagai "pencuri kehidupan". Dalam scripts Taoist kuno, "Classic on Yin Convergence"-dikatakan: "Nature has five robbers, those who see them thrive". Apa maksudnya ini? Scripts ini menekankan jika kita sebagai manusia dapat lolos dari pencuri ini maka akan berhasil. Untuk mengerti hal ini pertama kali kita perlu mengidentifikasi siapa pencuri itu? Sesuai dengan aturan lima unsur, bagi metal api adalah pencuri, bagi kayu metal adalah pencuri, bagi api air adalah pencuri, dst. Bagaimana aplikasi teori ini dalam kehidupan?
Selain perlu merencanakan kehidupan sesuai dengan kekuatan elemen, Kita juga perlu merencanakan tindakan dan pikiran yang sejalan dengan ciri utama dari elemen. Jika energi fokus atau konsentrasi dapat direpresentasikan dengan metal maka pikiran yang bercabang adalah pencurinya. Jika Kita dengan karakteristik strong metal maka secara naluri kita memiliki kemampuan "mengumpulkan". Oleh karena itu pikiran yang tidak focus adalah pencurinya karena kemampuan pengumpulan akan sejalan dengan pikiran yang fokus. Sekitainya Kita tahu kapan dan dimana pikiran Kita bercabang maka Kita telah menangkap robber. Setelah robber ditangkap Kita dapat berkarya secara maksimum sesuai dengan bakat alami Kita.
Demikian di dalam Feng Shui yang diaplikasikan di dalam bentuk-bentuk fisis seperti rumah, tata letak, bangunan, taman, tanaman dan lain-lainnya mencoba untuk mensinergiskannya sehingga dengan keharmonian yang tercipta akan menghasilkan sesuatu yang baru, sebuah daya yang begitu baiknya bagi manusia itu sendiri. Baik di sini juga harus diingat dalam pemahaman Yin Yang, bahwa bukan berarti tidak ada yang buruk, melainkan anata Yin dan Yang itu tetap ada dan seimbang.

Penerapan Harmoni dalam Feng Shui
Ternyata salah satu kelebihan Feng Shui adalah bagaimana Feng Shui dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari, pada kesempatan ini, saya akan mencoba mengambil contoh berkenaan dengan penempatan serta bentuk rumah, untuk hal yang lainnya seperti taman, kolam dll tidak dibahas detail pada kesempatan kali ini.
Di dalam rumah, ternyata unsur-unsur alam yaitu kali ini berkaitan dengan arah mata angin sungguh mewarnai pemahaman filsafat Cina Kuno akan keselarasan, akan keharmonisan. Yang secara nyata di terapkan di dalam ilmu-ilmu modern saat ini berkenaan dengan arsitektur bangunan serta desain interior sebuah rumah itu sendiri dimana di dalamnya terdapat sebuah “kehidupan” keluarga yang sudah memiliki keragaman chi.ya masing-masing. Lalu apa yang dapat dilakukan oleh Feng Shui dalam upaya menyelaraskan dan harmoni itu sendiri berkenaan dengan arah mata angin?
Di dalam arah mata angin, pedoman umum yang dipakai di dalam penempatan ruagan ataupun apa yang ada di dalamnya juga mengacu pada alam

Delapan macam energi ini akan dijadikan patokan dalam delapan sudut ruang penempatan di dalam rumah. Di dalam pemahaman Cina Kuno, ke delapan energi ini disebut sebagai delapan arah mata angin. Mari kita coba pahami satu persatu dalam upaya memahami keharmonisan itu sendiri:
Energi yang menguntungkan:
- Sheng Qi yang berarti Semangat
- Tian Yi yang berarti Perawatan selamanya
- Yan Nian yang berarti Umur Panjang
- Fu Wei yang berarti Stabilitas
Empat energi yang merugikan:
- Jue Ming yang berarti Kematian
- Wu Gui yang berarti Lima Hantu
- Liu Sha yang berarti Enam Iblis
- Huo Hai yang berarti Kecelakaan

Di dalam Feng Shui, keharmonisan yang sangat baik adalah bila kita memperhatikan ke semuanya itu.
Sangat jelas bagaimana upaya-upaya manusia untuk menjadikan kehidupan, bahkan di dalam kehidupan keluarga berkenaan dengan keadaan fisik bangunannya dengan mempertimbangkan unsur-unsur alam dimana kita menjadi bagian di dalamnnya, yaitu arah mata angin. Lihat bagaimana di dalam Feng Shui, sebagian isi bangunan yang memiliki energi merugikan sangat baik digunakan sebagai toilet, gudang, tempat penyimpanan. Dan sebagian ruangan di dalam rumah yang dipenuhi dengan energi yang menguntungkan sangat baik dipergunakan untuk ruang keluarga, ruang makan, tempat tidur dan ruang tamu.
Tetapi, bukan sekadar dalam tataran praktis saja kita akan membahasnya, tetapi marilah kita mencoba memahami kerangka serta paradigma berpikir masyarakat Cina Kuno itu sendiri yang mungkin dalam tataran filsafat barat akan sangat sulit untuk dimengerti pelbagai upaya dan usaha-usaha ini, yang mungkin tidak salah bila kita anggap sebagai sekadar omong kosong saja.
Semua ini sekali lagi mau menunjukkanbagaimana upaya dan usaha manusiawi untuk mensinergiskan apa yang ada di alam semesta, dimana di dalamnya manusia adalah bagian dari alam itu sendiri. Identitas-identitas yang tadi ditampakkan, dalam rupa arah mata angin, bangunan, tempat dan ruangan-ruangan itu dipahami sekadar sebagai pelengkap saja pada hal-hal baru yang sudah diproduksi karena prinsip harmoni. Maksudnya adalah bahwa produksi hal-hal baru berkaitan dengan memadukan elem-elemen yang berbeda-beda itu sehingga hal baru tersebut mengahsilakn sebuah kesatupaduan, kesatu-terpaduan. Satu kualitas inheren sebagai hasil dari prinsip harmoni itu sendiri.
Perlu dicatat bahwa kata “satu” ini tidaklah sama dengan prinsip dalam epistemologi barat yang mengatakan satu itu bukan dua, satu itu tidak bisa sekaligus dua dll, disini prinsip dikotomi barat harap ditanggalkan terlebih dahulu karena kata satu ini dalam pemikiran Cina adalah juga bisa dua atau bahkan satu itu adalah satu dan sekaligus dua.
Hal utama yang mau dijelaskan adalah bahwa yang satu terpadu atau harmoni ini tetap mengandung perbedaan antara satu dengan yang lain, sebagaimana antara unsur asin dengan asam. Kombinasi unsur asin-asam inilah yang dimaksudkan sebagai kesatuan kualitas. Ini terjadi karena asin mengafirmasi asam dan sebaliknya. Sedangkan identitas tidak menghasilkan suatu yang baru.
Dalam arti lain, masih berkenaan dengan keharmonisan di dalam Feng Shui adalah bahwa harus didasari Filsafat Cina Kuno selalu menempatkan dua unsur biner di dalam sebuah keterpaduan. Sebagaimana Yin dan Yang senantiasa ada dan tidak boleh yang satu mendominasi yang satu dan sebaliknya. Lihat bagaimana di sebuh rumah dalam tabel tadi, energi yang menguntungkan disandingkan dengan energi yang tidak menguntungkan, dalam arti lain bahwa energi yang menguntungkan tidak begitu saja diupayakan mati-matian untuk menghilangkan energi yangtidak menguntungkan, Tidak! Justru ketika energi yang tidak menguntungkan itu ada maka terjadilah harmoni. Dalam tataran kehidupan, yang jahat haruslah tetap ada dan janganlah digantikan dengan yang baik, atau yang baik jangan sampai menhilangkan yang jahat karena akan menimbulkan ketidakharmonisan alam. Karena di dalam yang jahat ada yang baik dan did alam yang baik ada yang jahat dan keduanya haruslah senantiasa selaras dan harmoni.
Penempatan dua unsur biner dalam kepaduan ini mau menunjukkan perbedaan yang mengandaikan kontras yang tidak menghapus satu sama lain, tetapi saling menguatkan kehadiran satu sama lain. Dan justru kepaduan inilah yang menhasilkan sesuatu yang baru.
Pada akhir penutup ini, saya hanya mau mengajak untuk memahami pola pikir serta paradigma berpikir masyarakat Cina khususnya saat ini melalui Feng Shui sendiri, yang tidak dapat dipungkiri bahwa bahkan di dalam ilmu-ilmu barat mutakhir saat ini seperti arsitektural, ternyata Feng Shui menjadi salah satu mata kuliah yang senantiasa ada di mana-mana dan senatiasa menjadi bahan rujukan yang tidak bisa diabaikan begitu saja di dalam kehidupan dan ranah berpikir saat ini.
Identitas dipandang tidak memadai sebagai prinsip untuk memahami realitas. Ibarat membunyikan nada secara berulang-ulang, prinsip identitas terbatas dalam memaknai realitas yang ada pada dirinya sendiri yang mana mengandung kepaduan beragam unsur pembentuknya. Dengan demikian, kesatuan dalam filsafat Cina tidaklah berarti kesamaan, karena kesamaan tidaklah menghasilkan realitas yang baru, tetapi justru perbedaanyang terpadulah yang menghasilkan realitas baru, kualitas baru . Dan semua ini dapat dengan jelas dipahami melalui Feng Shui.

No comments: