Sep 2, 2008

FERDINAND DE SAUSSURE

duhhh.. terimakasih dengan tokoh filsafat yang satu ini.....

kita liat background.nya..
Lahir di Geneva dari sebuah keluarga terkenal di kotanya. pada 26 November 1857 dan meninggal pada 22 Februari 1913 , Pernah berkontak dengan Emile Durkheim dan Sigmund Freud (Fakta ini diragukan kebenarannya karena hanya tersedia sedikit bukti mengenai hal itu)., 1874 studi fisika dan kimia di Universitas Geneva, 1875 studi bahasa di universitas Leipzig. Pada umur 21 tahun (setelah 18 bulan belajar bahasa Sansekerta di Berlin) dia menerbitkan karya ilmiah berjudul Memoire on the Primitive System of Vowels in Indo-European Languages. ,1880 ia menyelesaikan tesisnya mengenai kasus genetivus dalam bahasa Sansekerta. Tahun yang sama ia berangkat ke Paris.
1881 (pada umur 24 tahun), menjadi dosen pada salah satu universitas di sana. Setelah lebih dari sepuluh tahun mengajar di Paris, ia memperoleh gelar Profesor dalam bidang Bahasa Sansekerta dan Indo-Eropa dari dari Universitas Geneva, Sebelum 1960 hanya sedikit orang yang mengenal Saussure, namun setelah 1968 , kaum intelektual Eropa sering merujuk kepada Saussure yang dikenal sebagai bapak linguistik dan strukturalisme. ,Model baru bahasa yang didasarkan atas pendekatan struktural Saussure mulai menjadi model bagi teori sosial dan kultural. Teori Saussurian yang berbasis pada sejarah bahasa-bahasa, memiliki implikasi yang luas pada seluruh ilmu sosial.

GAGASAN POKOK SAUSSURE
• Strukturalisme, khususnya strukturalisme Perancis, tidak bisa dipisahkan dari semiologi Saussure. Menurut Saussure, semiologi adalah “ilmu pengetahuan umum tentang tanda”. Dia mengajukan sebuah pemahaman baru tentang tanda. Dia berpendapat bahwa tanda tidak hanya sekedar kata, melainkan bahwa tanda mencakup baik kata maupun konsep. Dia mengistilahkan dua komponen tanda ini sebagai “penanda” atau “ yang menandakan” (signifier atau signifiant) dan “yang ditandakan” (signified atau signifie). Dua komponen ini membentuk suatu pasangan (binary pair) yang disebut tanda. Contoh yang biasa dipakai Saussure untuk menjelaskan relasi binary tersebut yaitu kata “pohon” dan konsep “pohon”. Saussure juga menjelaskan bahwa relasi antara signifier dan signified semata-mata bersifat sewenang-wenang (arbitray)
• Sebuah tanda tidak bisa mejadi tanda pada dirinya sndiri. Sebuah tanda baru menjadi tanda ketika ia terbedakan dari tanda-tanda lain dari suatu sistem yang sama atau yang disebut bahasa (langue). Dengan demikian, tanda merupakan sesuatu yang terdeterminasi oleh perbedaannya dengan tanda-tanda lain dalam suatu sistem tanda (bahasa). Misalnya, “tanda” pohon (tree) disebut tanda karena perbedaannya dengan tanda-tanda lain seperti rumah (house), burung (bird) atau langit (sky). Contoh lain, tanda pohon (tree) juga berbeda dari tanda arbre (Perancis), Baum (Jerman), arbor/arbol (Spanyol). Karena bukan merupakan bagian dari sistem tanda yang sama, maka setiap kata menjadi tanda dalam sistem tanda mereka masing-masing.
• Sebuah tanda (signifier dan signified) adalah satu dari sekian banyak tanda dalam bahasa. Bahasa itu sendiri bisa berarti bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, dll. Karena itu, Saussure menawarkan sebuah konsep korelatif yaitu bahasa yang dibicarakan atau diucapkan (parolle). Jika langue dibentuk oleh elemen-elemen yang membentuk/menyusun suatu bahasa tertentu (partikular), maka parole adalah percakapan/pembicaraan bahasa yang tertentu itu dalam suatu konteks yang tertentu pula. Contoh:….
• Pasangan binari yang lain (atau yang kadang-kadang disebut Saussure sebagai binary opposition) adalah relasi antara “syntgm” dan “system” (atau “paradigma”). Kalimat “Pohon evergreen yang tinggi mencerminkan sebuah keagungan” merupakan sebuah rangkaian tanda; tanda yang satu mengikuti yang lainnya. Sebagai sebuah rangkaian, tanda-tanda tersebut mengikuti sebuah baris sintagmatik. Setiap tanda berdekatan dengan yang berikutnya dan rangkaian tersebut membentuk/menghasilkan sebuah makna (meaning). Kata ‘tinggi’ bisa diganti dengan kata lain seperti ‘pendek’, ‘lebar/besar’, ‘mengesankan’. Memang kalimat yang dihasilkan tetap masuk akal, namun tetap berbeda, bahkan akan terasa aneh. Apa yang sama sekali tidak cocok dengan ‘pendek’, ‘tinggi’, ‘dan’ besar’ adalah ‘mengesankan’ (imposing). Ketiga kata pertama adalah tanda ukuran, sedangkan kata ‘mengesankan’ berbeda tatanannya. Meskipun demikian, ia bisa digunakan untuk menggantikan kata “tinggi”. Semua istilah substitutif tersebut adalah bagian dari sistem yang sama (atau paradigma) jika ditafsirkan secara luas. Akan tetapi, jika ditafsirkan secara sempit, sistem tersebut dapat dibatasi pada tanda ukuran. Setiap elemen dari kalimat tersebut dapat diganti dengan tanda-tanda substitutif dan dapat pula menjadi bagian dari sistem yang berbeda.
• Oposisi binari yang keempat yaitu antara diakroni dan sinkroni. Studi diakronik terhadap kata Yunnai arête akan diikuti oleh versi Latin virtus atau virtu dalam bahasa Italia atau vertu dalam Perancis. Studi kronologis mempertimbangkan perkembangannya sepanjang waktu, secara histories.
Sebaliknya, studi sinkronik sepenuhnya berkaitan dengan sejumlah relasi di antara keseluruhan tanda dan elemen yang muncul pada waktu dan konteks yang sama. Misalnya, arête dipelajari dalam relasinya dengan tanda-tanda lain pada masa itu seperti: paideia (pendidikan dan ideal kebudayaan), sophrosyne (kesederhanaan), dsb. Dalam hal ini, ide tentang arête dimengerti dalam konteks yang luas (konteks kultural).

*********************************************************************
• Saussure mempertanyakan ide bahwa terdapat relasi intrinsik dan historis antara sebuah kata dan artinya. Menurutnya, relasi tersebut bersifat ‘arbitrary’. Artinya: relasi tersebut bergantung pada konvensi kultural (dan bukan atas hal lain di luar bahasa atau kultur). Dengan demikian, adalah semata-mata konvensi dalam bahasa Inggris bahwa kata “dog” mengacu pada konsep tentang binatang yang menyalak. Bagaimanpun juga, Saussure tidak mempedulikan bahasa-bahasa partikular (seperti Inggris atau Perancis), melainkan dengan aturan yang mengatur semua bahasa. Karena itu, ia membedakan “la parole” dari “la langue”. ”Parole” merupakan ucapan-ucapan konkret yang memanifestasikan struktur. Struktur itu disebut “langue”. Dalam menganalisis “langue”, Saussure menempatkan bahasa sebagai sebuah totalitas atau satu kesatuan struktural yang di dalamnya terkandung begitu banyak elemen yang berbeda/terpisah. Elemen-elemen dalam struktur tersebut secara inheren tidak memiliki makna atau memiliki asosiasi natural dengan dunia eksternal, melainkan bermakna karena relasi satu sama lain di dalam struktur tersebut. Sebuah tanda memiliki makna karena terdapat perbedaan dengan tanda-tanda lain di dalam sistem tersebut. Karena itu, bahasa Inggris membedakan anjing dari kucing karena makna/arti anjing bergantung pada keberadaanya sebagai “bukan kucing”.
• Saussure menganalogikannya dengan sebuah permainan catur. Dalam permaian catur, yang terpenting adalah posisi masing-masing bidak catur pada papan catur. Oleh karena itu, sejarah catur (pendekatan diakronik) bukanlah hal yang relevan lagi. Dengan demikian, Saussure menggunakan pendekatan sinkronik yaitu melihat bahasa sebagai sebuah produk pada suatu masa tertentu. Makna masing-masing bidak catur bergantung sepenuhnya pada relasi dengan yang lain.Tidak ada sesuatu yang intrinsik pada raja misalnya yang membuatnya menjadi raja. Ia menjadi raja karena relasi dengan yang lain yang “buan raja”

************************************************************************
Pendekatan Saussure
 Dalam sejarah linguistik, pendekatan Saussure bertentangan dengan dua pandangan kontemporer mengenai bahasa:
• Pandangan yang dikembangkan oleh Lancelot dan Arnauld dimana bahasa dilihat sebagai cermin pikiran dan didasarkan pada logika universal. Menurut mereka, bahasa pada dasarnya rasional.
• Pandangan dari para linguist abad XIX yang berpandapat bahwa bahasa dan sejarahnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Pendekatan Historis (pendekatan Rasionalis) beranggapan bahwa bahasa pada dasarnya merupakan sebuah proses penamaan (memeberi nama pada benda) dan bahwa terdapat kaitan intrinsik antara nama dan objeknya. Kaitan itu ditentukan secara historis dan bahkan prehistoris. Bagi Saussure, perspektif yang demikian beranggapan bahwa bahasa pada dasarnya merupakan sebuah nomenclature: tatanama atau kumpulan nama untuk objek dan ide.
 Saussure mengubah fokus studi dari sejarah bahasa secara umum kepada bentuk bahasa partikular seperti Inggris atau Perancis. Jadi, sejarah bahasa sekarang menjadi sejarah bahasa-bahasa , tanpa ada hubungan di antaranya terlebih dahulu. Fokus pada satu bahasa secara otomatis berarti fokus pada relasi antara elemen-elemen yang membentuk bahasa itu; dan bukan pada nilai intrinsik dari elemen-elemen tersebut. Bahasa itu selalu organised, terstruktur atau tersistem sehingga setip elemen tidak memiliki arti di luar btas-batas struktur tersebut. Dalam bukunya, Saussure secara kuat dan tegas mengatakan bahwa ‘dalam bahasa (langue), yang ada hanyalah perbedaan-perbedaan.’ . Bahkan lebih dari itu, makna atau nilai tidak hanya dibentuk lewat relasi antara term yang satu dengan term yang lainnya, sehingga seperti contoh yang digunakan Saussure, “t” bisa ditulis dengan cara yang berbeda dan masih bisa dimengerti, melainkan bahwa setiap terms dalam sistem tersebut merupakan produk perbedaan. Hal ini mengimplikasikan bahwa bahasa merupakan suatu totalitas atau dia tidak eksis sama sekali. Saussure menggunakan contoh catur untuk mengilustrasikan hakekat diferensial bahasa. Yang mengkonstitusikan permainan catur adalah relasi diferensial antara setiap bidak dan bukan nilai intrinsik dari setiap bidak. Melihat bahasa seperti sebuah permainan catur adalah melihatnya dari perspektif sinkronik. Dalam bukunya, Saussure mengutamakan pendekatan sinkronik sebab pendektan ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengeani unsur-unsur yang terdapat dalam setiap bahasa. Ia menentang tradisi linguistik dimana ia dibesarkan yang beranggapan bahwa ada ikatan esensial antara kata dan benda. Sebaliknya konsep Sauusure mengenai tanda menekankan otonomi relatif bahasa dalam hubungan dengan realitas. Bahkan secara lebih mendasar bahwa relasi antara signifier dan signified bersifat arbitrary. Bertolak dari prinsip ini, maka struktur dasar bahasa tidak dapat disingkapkan oleh etimologi dan filologi, melainkan dapat ditangkap oleh pemahaman bagaimana bahasa itu berubah. Nomenklatur dengan demikian merupakan dasar yang sangat tidak memadai bagi bahasa.
 Bahasa selalu berubah. Perubahan itu terjadi di luar kehendak pembicara. Dalam kaca mata Sausurian, individu justru dibentuk oleh bahasa
 Pendekatan Saususrian ini telah mejadi model dalam human sciences dimana perhatian ilmuwan tidak lagi pada pendokumentasian even historis atau merekam fakta tingkah laku manusia, melainkan bergeser ke ide mengenai tindakan manusia sebagai sebuah sistem makna.
 Seperti yang ditekankan oleh Saussure mengenai pentingnya mempelajari speech acts selalu dalam kaitan dengan sistem konvensi, begitu pula akan tidak memadai untuk mempelajari fakta sosial atau kultural terlepas dari sistem sosial atau kultural (karena sistem itulah yang memberikan jaminan kepastian). Yang menjadi fokus studi bukanlah tindakan individual pada masa lalu atau kini, melainkan masyarakat atau kultur dalam suatu masa tertentu. Jika generasi sebelumnya (generasi Sartre) berusaha menemukan dasar natural (intrinsik) dari suatu masyarakat di dalam sejarah, usaha generasi strukturalis justru diarahkan kepada usaha untuk menunjukkan bagaimana elemen-elemen yang berbeda dalam sebuah sistem (teks, sistem kekrabatan, fotografi) menghasilkan makna atau makna-makna dan karena itu harus ‘dibaca’ dan ditafsirkan. Dengan kata lain, studi sosio-kultural menuntut pula suatu usaha untuk membaca dan mengartikan tanda –tanda dengan berfokus pada nilai-diferensial yang dimiliki tanda tersebut; dan bukan pada nilai substantif atau natural dan memberi perhatian pada level gejala-gejala pemaknaan.
 Struktur, sebagaimana diinspirasikan oleh teori bahasa Saussure dapat merefer pada ‘nilai’ dari setiap elemen dalam sistem atau konteks dan bukan pada eksistensi yang semata-mata fisikal atau natural. Sekarang menjadi jelas bahwa eksistensi fisikal sebuah entitas tidak lagi natural, melainkan terpengaruh oleh lingkungan/konteks linguistik dan historis. Ide mengenai struktur mengingatkan bahwa tidak ada hidup sosial, kultural, atau individu yang eksis sebagai sesuatu yang “positif” atau sebagai elemen esensial yang terisolasi dari elemen-elemen lainnya. Pendekatan struktural membalikkan filsafat politik abad 18/19 bahwa individu adalah sumber hidup sosial. Sebaliknya ia berpendapat bahwa tak ada individu yang eksis mendahului masyarakat.
 Catatan kritis atas pendekatan struktural Saussurian:
• Pendekatan struktural tidak menghargai otonomi individu karena terlampau melihat kebebasan manusia sebagai produk hidup sosial dan bukan sebaliknya sebagai asal atau sebab hidup sosial.
• Konsekuensi pandangan struktural yaitu bias konservatif yang menolak adanya perubahan atau kemungkinan untuk berubah.
• Kebebasan bukanlah kodrat yang melekat pada manusia, melainkan bahwa kebebasan merupakan produk hidup sosial yang dimengerti sebagai struktur diferensial

IMPLIKASI PEMIKIRAN SAUSSURE
 Semiologi (sekarang lebih dikenal dengan semiotic) atau ilmu tentang bahasa sebagai struktur tanda) yang digagas oleh Saussure merupakan dasar bagi munculnya strukturalisme. Karena itu, Saussure juga dikenal sebagai bapak strukturalisme.
 Karya Saussure dikemudian hari dikembangkan dalam dua cara yang sangat berbeda. Di Amerika, gagasan Saussure berkembang dalam distribusionalisme yang dikembangkan oleh Leonard Bloomfield.Dalam prkembangan kontemporer, strukturalisme dikembangakan oleh Michael Silverstein. Dia mengkombinasikan teori Saussure dengan teori penandaan (theory of markedness). Prague School (Nikolay Trubetzkoy dan Roman Jakobson) menemukan bidang analisis fonologi, teori Sapir-Whorfian mengenai kategori gramatikal,dan analisis transformasional untuk menganalisis pandangan Saussure secara tepat.Di Eropa,kontribusi penting disumbangkan oleh Emile Benveniste, Antoine Meillet, and Andre Martinet, Bagaimanapun, strukturalisme diambil dan dikembangkan oleh mahasiswa dari bidang nonlinguistik seperti Roland Barthes (1915-1980)., Jacques Lacan (1901-1982), and Claude Lévi-Strauss. Interpretasi mereka yang luas terhadap teori Saussure dan pengaplikasian teori tersebut dalam studi nnlingusitik menyebabkan munculnya sejumlah kesulitan teoretis dan “matinya” strukturalisme dalam displin tersebut. Gema jauhnya yaitu munculnya reaksi dari Michel Faucault (1926-1984) yang mereformulasi dan bakhan menolak strukturalisme. (poststrukturalisme).
 Gagasan Saussure memiliki relevansi bagi studi cultural terutama dalam menjelaska bagaimana manusia memperoleh makna dari dunia dimana mereka hidup.

1 comment:

olesiasabbagh said...

Casino Junket | Dr.MD.com
Casino Junket, formerly known 광주 출장샵 as Slotnite Casino, is 대전광역 출장샵 a casino, 원주 출장안마 slot machine, video poker, 사천 출장마사지 video slots, bingo and 목포 출장안마 table games, a