Penelaahan keberagaman kedudayaan dan peradaban melalui pemahaman awal akan prinsip identitas dan singularitas menjadi sebuah cara yang menarik dimana kita dapat melihat bagaimana paradoks yang dilahirkan oleh hadirnya prinsip singularitas dapat mengakibatkan suatu identitas suatu kebudayaan. Melalui itu juga akan semakin dapat menarik kita untuk dapat lebih memahami kebudayaan dan peradaban dimana ketika kita melihat kenyataan bahwa kebudayaan itu nyaris amorf sehingga seringkali besarannya menjadi tidak jelas batasnya. Tetapi, bagaimana dengan kebudayaan yang secara nyata justru tumpang tindih dan seakan tidak jelas. Bagaimana cara kita untuk menklasifikasikan atau bahkan untuk berani menyebut ini adalah budaya x atau ini adalah budaya y. Dimanakah letak identitas dari suatu kebudayaan dan sampai kapankah akan tetap bertahan sebagai budaya itu. Atau, sesungguhnya adalah sebuah konsensus penamaan semata dari sudut pandang orang lain yang berada di luar pemain yang ada dalam kebudayaan tersebut.
Demikian dengan pemakaian prinsip ketunggalan sebagai hal ada kebudayaan menjadi sebuah cara manis untuk semakin mendekati akan makna dan apa itu kebuayaan. Sebagaimana prinsip ketunggalan adalah dijadikan sebagai dasar dari prinsip identitas maka menjadi tidak mungkin kita menunjuk suatu identitas tanpa lebih dulu memastikan keutuhan dan karena itu juga ketunggalan dari suatu hal ada. Di sini, saya sangat setuju sekali ketika kita berani mengatakan demikian, bahwa segala hal menjadi ada karena kejamakannya tidak meninggalkan kesamaan substansinya. Pada spektrum ini, kita mulai berurusan dengan prinsip identitas dimana ketika kita membedakannya dengan yang lain; bahwa bangsa adalah bangsa dan bukan binatang, pohon adalah pohon dan bukan bangsa.
Tetapi bagaimana dengan pernyataan bahwa sjalan dengan monisme bahwa setiap hal identik hanya dengan dirinya sendiri dan tidak mungkin sekaligus dengan hal ada lainnya. Di sini mau mengacu pada masyarakat indonesia adalah identik dengan diri masyarakat indonesia-nya sendiri dan tidak mungkin sekaligus identik dengan suatu masyarakat yang bukan indonesia maupun sesuatu yang indonesia tetapi bukan masyarakat. Tetapi, satu hal yang juga harus diingat bahwa bukannkah kita menjadi identik dengan bangsa indonesia karena nerhadapan dengan sesuatu yang bukan bangsa indonesia.. bukankah kita menjadi kenal akan bangsa indonesia dari mereka yang bukan bangsa indonesia.. bukankah kita menjadi identik karena ada juga bentuk keidentikan lain di luar kita yang berbeda sehingga menjadi semakin jelas ke identikan masing-masing. Dari itu semua, mau dikatakan bahwa, ternyata keidentikan itu sendiri perllu di redefinisi makna dan bahkan pengaplikasiannya.. Bukankah jari saya identik dengan tangan saya dan tangan saya identik dengan lengan saya, dan lengan saya identik dengan tubuh daya.. dan diri saya identik dengan ayah saya, keluarga saya, bahkan dengan dimana saya tinggal, keluarga saya juga identik dengan rukun warga dimana kami tinggal, dan lebih luas, saya identik dengan bangsa indonesia, dan bangsa indonesia identik juga dengan manusia keseluruhan di luar indonesia, lalu manusia keseluruhan itu juga identik dengan pulau, lautan dll dan terus menerus bahkan bumi tempat semuanya berada ini juga identik dengan planet-planet lainny di sekitarnya dan yang jauh darinya dan terus menerus demikian.
Melihat hal ini, bolehlah disini kita mempertanyakan apa itu keidentikan.. sadar bahwa semua berbeda tetapi menjadi langkah yang sangat tidak bijaksana ketika kita memisahkannya. Ternyata dalam konteks kebudayaan, kita pun dapat melihat keidentikan diri sebagai bangsa indonesia melalui bangsa lain. Demikian dengan kebudayaan serta peradaban yang sedang dijalani, dapat dilihat dari apa yang sudah ada atau bahkan dari apa yang jauh di luar diri kita yang tidak pernah kita masukkandalam permenunggan kita akan kebudayaan dan peradaban
Sep 2, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment